freepik-com |
“Forget yesterday, you do not live there anymore, Do not worry about tomorrow, most of the things we worry about never happen anyway. Enjoy your life today, because that’s all we have.
Terjemahannya:
Lupakan hari kemarin, kamu tidak hidup kemarin. Jangan khawatir tentang hari esok, sebagian besar apa yang kita khawatirkan tidak akan pernah terjadi. Nikmatilah hidupmu hari ini karena hal ini yang pernah kita miliki.
Quotes kehidupan yang kelihatannya sangat sederhana, simpel diucapkan. Namun, ketika kita menjalani dalam praktik kehidupan, hal itu ternyata tidak mudah sekali.
Saat saya masih bekerja sebagai seorang pegawai di sebuah perusahaan, saya juga bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Sepagi, jam 6.10 saya harus berangkat ke kantor untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Pulang sampai di rumah sekitar jam 19.00 .
Sering aku bergumam dengan teman se-antar jemput bahwa hidup kita di Jakarta ini adalah hidup di jalan. Tidak ada keseimbangan hidup untuk dapat menikmatinya. Jadi setiap libur Sabtu, saya selalu manfaatkan untuk mengisi waktu dengan me time yang berkualitas seperti olahraga , ke salon.
Namun, saya tak pernah mengeluh karena saya sudah cukup senang dapat bekerja sebagai ibu multitasking .
Suasana kantor yang bersahabat, saling bantu-membantu , memberikan support membuat bahagia. Meskipun tidak semua berjalan mulus, banyak perubahan seperti reorganisasi, belajar di bagian tempat baru. Berganti atasan berganti pola kebijakan, kami harus mengikuti pola perubahan.
Di akhir perjalanan karir saya , hampir 28 tahun mengabdikan diri kepada perusahaan, saya cukup kaget dengan perubahan pola kerja perusahaan.
Pergeseran nilai yang sebelumnya begitu aman, damai, lega, rukun, sejahtera, senang , Sentosa, tenang, berubah total menjadi tegang dan friksi mulai timbul.
Disrupsi teknologi membuat kami yang para senior harus menerima tawaran pensiun dini karena dianggap sudah tidak produktif.
Pensiun dini, sebuah kata yang sangat mencengangkan bagi saya, karena saya belum siap secara mental dan fisik. Saya berpikir saya masih kuat kerja sampai usia pensiun.
Tapi kebijakan perusahaan tak bisa menunggu apa yang saya inginkan.
Pilihan yang ditawarkan pensiun dini atau pindah ke tempat bagian lain yang tak punya tempat berkarir atau sering disebut tempat pembuangan.
Tentu ketegangan dalam diri saya untuk memutuskan tawaran ini. Menimbang baik buruknya bagi kehidupan saya selanjutnya.
Akhirnya, waktu yang ditetapkan tiba, saya tak bisa mengelak lagi untuk menerima dengan puas apa yang ditawarkan perusahaan.
Pembelajaran mental setelah pensiun
Seminggu setelah pensiun, saya masih masih menikmati gembira karena saya masih menganggap saya sedang cuti.
Tapi begitu waktu memasuki satu bulan, jiwa saya mulai gelisah, berontak dan mencari sesuatu yang hilang.
Aktualisasi diri saya seperti sirna dan saya menjadi orang yang murung.
Kemana rasa sukacita yang sering didengungkan ? Sulit melawan kegelisahan hati karena saya benar-benar seperti orang yang kehilangan induknya.
Saya tidak mengerti bagaimana kebahagiaan hidup itu hilang dalam sekejap karena saya seolah-olah tidak berarti lagi. Tak punya pekerjaan, jadi ibu yang menganggur tanpa digaji, tak punya keterampilan apa-apa, tidak ada penghargaan yang didapatkan.
Mencari makna kebahagiaan
Dalam perjalanan kehidupan, saya bertemu orang-orang yang punya spiritual tinggi . Menggandeng dan mengajak saya untuk mendalam kehidupan spiritual melalui suatu agama.
Bayangin, hampir 28 tahun, hidup saya penuh dengan keduniawian. Yang saya pikirkan masa depan anak, masa depan saya, kesehatan dan kehidupan keluarga saya. Berputar-putar kepada sesuatu yang sifatnya duniawi.
Ketika perjumpaan dengan teman ini membawa kepada saya di suatu komunitas ini saya mulai belajar dari nol
Belajar untuk mencintai diri sendiri tanpa harus melihat dari segi materinya tapi titik tolak cinta yang diberikan oleh PenciptaNya.
Setelah memahami hal itu saya mulai belajar lagi prinsip dari kebahagiaan dengan membagikan tangki cinta kita yang sudah penuh kepada orang lain.
Inilah momen yang penting bagi saya, saya menemukan lapang dada , senang hati yang penuh dan kepuasan batin yang tak pernah sebelumnya dialami.
Di akhir perjalanan pun saya bisa mendapatkan anugerah dari Ilahi dengan menemukan passion saya , menulis beberapa buku antologi dan akhirnya saya bisa berlabuh di Komunitas Literasi FInansial.
Kebahagiaan yang hanya dapat direngkuh ketika penyerahan diri secara total kepada Ilahi dan saya menemukan segala kebahagiaan sejati dengan tenang, senang, sukacita, tenteram dalam menjalani sisa-sisa hidup ini.
Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!