sumber: |
Saya pernah bekerja dari tahun 1978 hingga tahun 2009, bekerja di 3 perusahaan dengan jangka waktu paling lama di perusahaan terakhir yaitu selama 28 tahun, sampai pensiun.
Tapi kondisi dan suasana kerja serta karir kerja saat ini jauh berbeda dengan era saya bekerja.
Perbedaan inilah yang membuat saya gelisah karena saya selalu mengingat bahwa menapak karir di era saya lebih mudah dan nyaman, tidak perlu jadi "kutu loncat" ketimbang di era kini.
Awal berkarir, tentu saya sedang mencari atau mengexplorasi tempat kerja yang paling tepat untuk karir. Saat pertama kali kerja sebagai part-timer hanya 3 bulan karena saya kerja sambil sekolah. Kemudian berganti perusahaan , saya cukup betah sekitar 3 tahun. Ketika saya melihat saya tak punya peluang untuk meningkatkan karir, barulah saya lompat ke perusahaan lain.
Di perusahaan terakhir inilah saya membangun karir. Meskipun karir saya tidak “moncer” tapi saya anggap impian karir saya di perusahaan ini cukup. Di perusahaan ini saya mendapatkan ilmu dan keterampilan dari pelatihan atau training setiap tahun. Saya bekerja di perusahaan terakhir ini , hampir 28 tahun.
Sering teman saya yang sudah ke luar dari perusahaan, bertanya: “Mengapa betah dan apa yang saya cari?” . Jawaban singkat saya butuh kemapanan dan apresiasi saja.
Nach, ketika saya melihat teman-teman anak saya yang masuk kategori milenial maupun gen X, saya kaget sekali karena mereka dalam setahun bisa pindah kerja , 2 atau 3 perusahaan. Apalagi jika kena PHK.
Mencari karir di saat ini perlu cara Career cushion. Tidak ada yang aman untuk menetap dan berkarir di suatu perusahaan dalam jangka waktu lama.
Dalam lingkungan kerja yang semakin kompetitif, fenomena career cushion—di mana karyawan berusaha mengamankan posisi mereka dengan cara yang tidak selalu transparan—semakin sering terlihat.
Budaya kerja yang tidak sehat sering kali menjadi latar belakang munculnya perilaku ini. Ketika karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka dan merasa keamanan kerja mereka tidak terjamin, mereka cenderung mencari cara untuk melindungi karier mereka dengan membangun 'bantal karier' atau career cushion.
Salah satu penyebab utama career cushion adalah kepuasan kerja yang rendah. Karyawan yang merasa tidak dihargai, tidak puas dengan tugas mereka, atau merasa tidak ada peluang berkembang, seringkali merasa perlu untuk mencari alternatif lain.
Kurangnya jaminan keamanan kerja memperburuk situasi ini. Ketika ada ketidakpastian mengenai masa depan perusahaan atau posisi mereka, karyawan merasa terdorong untuk mengamankan masa depan mereka dengan cara yang mungkin tidak selalu etis.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk membangun budaya kerja yang sehat. Perusahaan harus menyediakan jaminan keamanan kerja yang lebih baik dan memastikan bahwa karyawan merasa dihargai dan puas dengan pekerjaan mereka.
Selain itu, karyawan dapat mengambil langkah proaktif dengan membangun jaringan profesional yang kuat dan terus meningkatkan keterampilan mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mempersiapkan diri untuk kemungkinan pergeseran karier tetapi juga meningkatkan nilai mereka di pasar kerja.
Melamar pekerjaan baru adalah langkah lain yang dapat diambil oleh karyawan untuk mengurangi ketergantungan mereka pada pekerjaan yang tidak memuaskan. Dengan melakukan ini, mereka dapat menemukan lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka, serta mengurangi kecenderungan untuk career cushion.
Penting untuk diingat bahwa mengatasi masalah career cushion memerlukan usaha dari kedua belah pihak—baik karyawan maupun perusahaan. Dengan pendekatan yang proaktif dan kultur kerja yang lebih baik, kita dapat mengurangi ketergantungan pada career cushion dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif.
Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!