Indahnya bagi dua umat yang berbeda agamanya yaitu Islam dan Kristen, mendapat kesempatan yang baik untuk menyambut datangnya hari suci pada saat hampir bersamaan.
Bagi umat Islam, bulan Ramadan menjadi bulan yang dinantikan untuk beribadah puasa di bulan suci. Selama sebulan berpuasa dan setelah itu puncak dari ibadah adalah Idul Fitri.
Sementara bagi umat Kristen, Kamis Suci , Jumat Agung dan Paska jadi momentum yang sangat besar untuk melihat kasih Kristus untuk manusia.
Ritual keagaman yang seharusnya dimaknai dengan hati yang lebih bersih, mampu menahan segala emosi dan hawa nafsu, ternyata hal yang demikian itu tak semudah yang terlihat di luar.
Ada Sebagian kecil yang juga mengalami pergumulan batin yang luar biasa untuk bisa melewati bulan-bulan suci itu.
Memaknai bulan suci bukan sekedar suatu tradisi atau kebiasaan yang tak punya makna untuk perubahan hidup.
Bahkan ada yang tak bisa menahan emosi keji atau tak mampu mengendalikan kejahatannya karena terdesak factor ekonomi.
Kejahatan yang datangnya dari diri sendiri itu terjadi dari seorang suami yang tega membunuh istri dan anak terkecilnya, sementara anak yang besar melarikan diri dikejar oleh ayahnya untuk dibunuh.
Betapa kita sering tidak mampu mengendalikan emosi kekhawatiran dan ketakutan yang masih dalam hati kita
Emosi yang begitu mencengkeram kalbu kita tapi tanpa sadar membuat kita sendiri terjerat dan tidak bisa mengendalikan dan melepaskannya.
Seorang teman yang sangat dekat melihat bahwa ada ketakutan melihat masa depannya.
Dilihat dari usia , dia sudah tidak muda lagi. Sestelah pension, dia yang seharusnya sudah mapan, justru melihat ketakutan-ketakutan yang menghantui dirinya.
Emosi positif dan negative terus berputar dan menyerang dirinya. Seringkali kita tak mampu mengalahkan dan mengendalikan emosi negative dalam diri kita.
Berefleksi dengan mengetahui nama-nama emosi kita:
Sekali lagi kita tidak bisa memaknai hari suci tanpa kita mengetahui nama emosi yang sering datang menguasai hidup kita.
Beragam emosi seperti marah, kesal, takut, gembira,sedih, benci,marah, kecewa, senang, gembira, puas, dendam, dan lain-lainnya.
Kita perlu mengindentifikasi perasaan atau emosi apa yang menguasai hati kita?
Contohnya emosi yang sering timbul saat bulan suci adalah sedih sendirian karena mengingat terus suami/istri yang sudah tidak ada lagi ketika kita sedang beribadah puasa.
Sedih itu normal . Namun, ketika kesedihan itu tak pernah berhenti, bahkan terus membelenggu hati sehingga pikiran dan tindakan kita pun itu terpengaruh dengan kesedihan, hal ini akan berdampak buruk pada relasi sosial kita.
Sebaiknya kita perlu mengelola emosi yang negative itu dengan baik . Artinya ketika kita sedang dalam puncak emosi negative, kita harus berhenti sejenak, lalu kita mengambil nafas. Dengan demikian kita mampu menghapus atau menghilangkan emosi negative dan berpikir positif lagi.
Memotivasi diri sendiri untuk tidak terjebak dalam emosi negative dengan cara , saya harus bisa mengontrol diri saya sendiri.
Ketika saya marah atau kesal, saya harus berdiam diri untuk sejenak menenangkan diri dan akhirnya berpikir jernih bagaimana kita harus bertindak pada peristiwa atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Pergulatan ini sulit dilakukan karena kita tak bisa mengontrol diri sendiri.
Perlu Latihan terus menerus agar kita mampu melawan ketidak mampuan mengontrol diri.
Bagaimana dengan memahami emosi orang lain?
Dalam setiap interaksi dengan siapa pun, kita selalu berhadapan dengan orang lain.
Orang lain yang juga memiliki emosi yang kadang-kadang sulit dikendalikan.
Lalu, mengendalikan emosi orang lain yang negative, kita harus punya kemampuan untuk mengindentifikasi emosi orang itu apa, marah, sendih, kecewa atau yang lainnya.
Setelah mengindetifikasi, barulah kita mencoba melihat latar belakang penyebab emosi itu timbul. Kita perlu paham apa dan penyebab emosi negative orang lain. Jangan menghakimi orang lain sebelum kita sendiri mengindentifikasi dan mengetahui latar belakangnya.
Begitu kita mengetahui latar belakangnya, lalu kita pun berusaha untuk menolong orang lain mengatasi emosinya. Namun, caranya kita harus mengosongkan diri kita dulu, kita harus mampu mengendalikan diri dulu dari emosi negatif, juga harus dengan empati.
Seringkali orang ingin menolong emosi orang lain, tetapi caranya salah. Kita belum mengosongkan diri kita, malah kita sendiri yang terkena emosi negatif dan akhirnya kita bertengkar dengan orang itu.
Bahkan kita menjadi sasaran dampratan kemarahan orang yang kita tolong.
Kecerdasan emosi :
Ada 4 kecerdasan inteligen emosi
1.Self Awareness
2.Self management
3.Social Awareness
4.Relationship management
Self Awareness
- Anda mengetahui apa peristiwanya dan bagaimana peristiwa itu melukai hati kita
- Berdamailah dengan kondisi masa lalu
- Pahamilah Apa yang Anda Yakini, emosi dan cara p ola kelakuan anda
- Pahami pola relasi anda
Self Management
- Kembangkan ketrampilan untuk tahan nafas dan relax
- Belajar untuk berpikir positif, yakin pada self-afirming
- Kembangkan ketrampilan self soothing dan self -motivation
- Tetap dalam kondisi fisikyang sehat
Social Awareness
- Paham komunikasi non verbal
- Kembangkan pandangan orang lain yang positif
- Paham kebutuhan emosi yang dasar
- Paham “games” dan integritas pribadi
Relationship Management
- Kembangkan untuk kemampuan untuk mendengarkan refleksi dan bersimpati
- Kembangkan ketrampilan komunikasi yang asertif
- Belajar ketrampilan untuk penyelesaikan konflik
- BElajar ketrampilan untuk support dan afirmasi kepada orang lain
lagi pengen belajar social awareness karena sangat penting di masa pandemi seperti ini
BalasHapus