Ayo siapa kakek/nenek, opa/oma yang merasa dirinya tak dekat dengan cucu-cucunya. Tak dekat dalam arti kurang bisa saling mengerti, mencintai, bahkan tak bisa merasa “klik” dengan cucu.
Loh kok bisa? Contoh yang paling mudah, opa atau oma bicara dengan cucu dalam Bahasa belanda, sementara cucu bicara dengan Bahasa inggris. Bagaimana bisa “nyambung” apabila ada barrier komunikasi?
Terutama untuk generasi Alfa, banyak keluhan dari opa/oma, kakek/nenek yang tak mengerti bagaimana caranya menjalin relasi yang dekat dengan cucu.
Sebelum kita bicara lebih lanjut tentang barrier yang disebabkan tidak paham jendela perasaan cucu, yuk pahami dulu apakah statement dibawah ini hoax atau fakta.
Emosi itu tidak ada yang baik/buruk
Jawabannya : Hoax
Pengertian : Emosi itu ada yang tidak menyenangkan.
Contoh : Ketika kita sedang marah, emosi kita meledak dan membanting
Melampiskan emosi yang tidak menyenangkan itu tidak sehat?
Jawabannya : Hoax
Pengertian : Emosi yang tidak menyenangkan itu sehat
Contoh : Jika emosi sedang tinggi, perasaan marah, adakalanya orang ingin menonjok/
Memukul lawannya.
Emosi tidak menyenangkan itu perlu diexpresikan, tetapi cara expresi sebaiknya dengan cara yang sehat supaya tidak terjadi sakit yang berkelanjutan
Contoh: Cara expresikan dengan kata-kata berikut ini
- Saya marah , saya minta kamu untuk tidak bermain tetapi kamu melanggar
- Saya sedih sekali melihat cara kamu membanting barang-barang kesayangan opa/oma.
- Saya jijik melihat orang yang sering memuji orang di depan kita tetapi menghujat di belakang kita.
Bukan hanya manusia yang memiliki emosi, Allah juga memiliki emosi sedih, takut dan marah. Namun, DIA mengetahui dan mengajarkan bagaimana cara mengatasi dan mengelolanya
Perbedaan antara emosi dan perasaan
Perasaan: reaksi pada benda atau manusia
Emosi : Pengalaman kita baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan
Pentingnya mengolah emosi itu dengan cara
1.Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
2.Membantu mengolah perasaan. Contohnya orang yang berduka karena kehilangan suami, anak, istri
Emosi tidak dapat dipisahkan dari iman. Tetapi iman yang sehat selalu orientasinya kepada Tuhan. . Sehatnya iman juga berkaitan dengan Kesehatan mental.
Kesehatan mental mengolah pikiran, perasaaan, perilaku.
Dalam otak depan disebut dengan neo-cortex bekerja sama dengan otak yang di belakang (amigdata).
Contohnya
Ketika anak selesai bermain, dia tidak membereskan mainannya, tetapi membiarkan berantakan. Saat oma melihat mainan yang berantakan, perasaan marah sudah menggunung, tetapi pikiran mulai bekerja dan mengelola dengan baik, anak ini perlu diberitahu bagaimana caranya membereskan.
Perilaku pun memberikan teladan kepada cucu, “Yuk kita beresin Bersama mainanmu supaya saat kamu mencari mainanmu, kamu bisa menemukannya.
Kesehatan mental terbentuk karena pikiran, perasaan dan akhirnya perilaku yang diolah dengan oxygen yang baik akan membuat suatu keputusan yang baik.
Bagi orang yang tidak sehat emosinya, dia tidak mampu mengolah dan akhirnya perilaku akan jelek, misalnya menampar.
3 bagian yang merupakan sinergitas tak terpisahkan:
PERASANAAN + PIKIRAN + PERILAKU
(amigdata) (neo-korteks) (TALAMUS)
Namun ketika emosi dalam keadaan ada tekanan, maka yang terjadi menjadi sebagai berirkut ini:
- Nama perasaan
- Validasi nama perasaan
- Marah tidak boleh dipeluk
- Ucapkan ulang tanpa mengucapkan kata pendukung ,anpa menyalahkan “Aduh Tumpah”
- Melayani: “Ambil lap bersama”
baca juga: Pola Asuh kakek Nenek yang Terbaik bagi Cucu
Menjaga Perasaan Cucu
1.Tidak membandingkan antara cucu yang satu dengan yang lain
2.Tidak menasehati dengan Panjang lebar
3.Tidak memberikanperintah apalagi dengan marah-marah
4.Tidak banyak bercerita jika body language anak tidak mendukung
5.Tidak merendahkan cucu
Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!