Di saat pandemic, kita diperhadapkan oleh dilema, ruang gerak aktivitas hanya di rumah saja. Kegiatan juga sangat terbatas , tidak bisa beraktivitas atau olahraga di luar ruangan.
Akibatnya? Kita bekerja duduk terus menerus di ruang tertutup di kamar sendiri. Berjam-jam duduk tanpa diimbangi dengan makanan nutrisi dan berolahraga, Sambil bekerja, cemilan selalu ada di samping kita. Terkadang, lupa habis makan, kok pengin makan cemilan lagi.
Gaya hidup seperti ini disebut dengan Sedentary, tidak bergerak lama.
Sehari cemilan habis 2 pak, dua minggu bisa 28 pak. Cemilan yang dipilih biasanya enak dimulut tapi tentunya bukan makanan sehat. Secara psikologis kita memang butuh ketenangan di masa pandemi, hanya dengan cemilan sebagai pelariannya.
Jika hal ini diteruskan hingga sebulan, berat badan kita pasti akan bertambah. Bagi mereka yang sudah punya bakat obesitas, otomatis penambahan berat badan makin cepat.
Sebenarnnya berapa berat badan ideal bagi lelaki dewasa atau perempuan dewasa?
Kita tak perlu mengejar berat badan ideal karena sesungguhnya berat badan yang ideal itu tujuannya untuk kesehatan dan bentuk badan yang enteng jika kita mau kemana-mana..
Tiap orang pasti berbeda-beda berat badan yang ideal karena tergantung dari tinggi badan dari masing-masing orang. Kita tidak bisa menyamakan orang yang tinggi 170 cm dengan mereka yang tingginya hanya 120 cm.
Namun, agar kita punya patokan yang sama dalam menentukan berat badan yang ideal maka kita dapat menggunakan rumus yang ditemukan oleh Paul Broca.
Berikut ini adalah rumus berat badan ideal ala Paul Broca:
Berat badan pria (kilogram) = (tinggi badan /sentimeter -100) – (tinggi badan (sentimeter) -100 )x10persen) .
Jika pria punya berat badan 170 sentimeter maka perhitungannya:
(170-100)- . [(170-100)x10%], 70-7=63. Jadi berat badan idealnya adalah 63 kilogram.
Untuk perempuan dengan tinggi badan 158, perhitungan menjadi seperti ini:
(1580100)-[158-100)x15%, 58-8.7 = 49,3
Disamping itu ada perhitungan berat badan yang ideal berdasarkan Body Mass Index (BMI) dimana tinggi dan berat badan dihitung tanpa membedakan jenis gender apakah pria atau lelaki, ada kalkulator yang dapat dijadikan pedoman.
Misalnya seorang perempuan usia 20 tahun, berat badan ideal menurut kalkulator dari BMI adalah angka ideal berkisar 18.5-25, jika angka BMI melebih 25 maka dianggap berat badan berlebihan. Jika angka BMI sudah mencapai 40, disebut dengan obesitas.
Siapa yang ingin obesitas?
Tak seorang pun ingin obesitas karena kondisi obesitas itu bukan hanya soal penampilan yang jadi masalah (sering mendapat bullying), tap juga segi Kesehatan, pun gampang komplikasi dengan penyakit yang mematikan, diabet, jantung, dan lainnya.
Berat dong kalo begitu jika harus menderita penyakit yang bertubi-tubi dengan komplikasi mematikan. Benar, hal ini sangat memberatkan bagi penyandang obesitas. Menjaga dan menghindari obesitas adalah hal yang penting sebelum terlambat.
Masih ingat kasus Arya Permana , seorang bocah usia10 tahun yang memiliki berat badan 192 tahun. Untung ada penanganan khusus sehingga berat badan bisa turun hingga 83 kg.
Bagaimana untuk menurunkan berat badan agar kita jangan terjebak oleh obesitas?
Stop makan cemilan :
Setiap orang harus punya mindset bahwa hidup itu bukan untuk makan tapi makan untuk hidup. Oleh karena itu selalu ingat bahwa kita tak perlu makan berlebihan.
Apabila sudah makan besar pada siang hari, ngga usah cari cemilan.
Jika mau cari cemilan , jangka waktunya 3 jam setelah makan siang.
Kita harus bisa mengolah suara tubuh. Bila suara tubuh tidak memberikan suara , lapar, kita tak perlu mencari-cari makanan .
Umumnya kita hanya lapar mata untuk pengin mengunyah dengan membelinya.
Petisi untuk “Hari Obesitas Nasional”
Sebagaimana penyakit tak menular seperti Jantung, kanker, diabetis, diberikan ruang untuk satu hari sebagai Hari Nasional.
Sementara untuk Obesitas , hingga saat ini belum ada hari Nasional. Ada yang berpendapat tidak penting obesitas diberikan hari Nasional.
Jika mengacu kepada Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, tingkat obesitas untuk usia 18 tahun ke atas itu telah mencapai 21,8%. Artinya 1 dari 5 orang yang berusia 18 tahun ke atas itu penderita atau penyandang obesitas.
Yuk kita dukung kepada Kementrian Kesehatan untuk membuat Hari Obesitas Nasional.
Dengan adanya Hari Obesitas Nasional, kita selalu diingatkan dan diedukasikan pentignnya untuk menghindari obesitas.
Apakah pandemi ini turut menyumbang tingkat obesitas?
BalasHapusBanyak posting di medsos yang lucu-lucu tentang hal ini.
Menurutku BMI aja ga cukup untuk menentukan seseorang obesitas atau nggak.. Walaupun BMI rendah tapi makan ga sehat, itu termasuk berbahaya.
BalasHapushuhuhu saya masuk obesitas nih
BalasHapusTakut banget kena penyakit tidak menular
Jadi saya berusaha mengganti makanan dengan sayuran dan bergerak sekeliling rumah/berkebun atau apa deh yang bikin keringat keluar
Kena bu banget Bu ini masalah cemilan. Kadang memang nggak lapar-lapar banget, tapi kadang mata suka tertuju pada cemilan diskonan, akhirnya suka beli buat stock bulanan. Tapi sekarang sudah dikurangi sih
BalasHapusSaya juga sedang berjuang menghindari obesitas. BMI saya sudah menunjukkan berat badan berlebih meskipun belum mencapai BMI obesitas.
BalasHapusTapi menurut saya, mendirikan Hari Nasional Obesitas itu belum cukup kalau upaya pencegahan tidak dikerjakan seksama.
Di kantor beberapa BUMN, salah satu penilaian kinerja bagi staf juga dari kesehatannya. Kalau BMI-nya nampak obesitas, dokter perusahaan akan mengirimkan surat rekomendasi bahwa staf ini tidak sehat. Staf yang tidak sehat akan dinilai oleh bagian personalia. Akibatnya, staf ini sulit dinaikkan jabatannya.
Saya rasa itu lebih efektif daripada menyelenggarakan Hari Nasional Obesitas.
Karena orang Indonesia lebih takut penghasilannya stagnan daripada takut gemuk .
Nah kalau saya termasuk orang yang gampang kurus kalau capek jadi makan banyak juga ga bakal gemuk karena capek ngerjain pekerjaan hehehe tapi bener sih obesitas sedini mungkin harus dihindari ya bu Ina karena akan merambat ke mana2 kalau sudah obesitas
BalasHapusSejak pandemi ini berat badanku naik drastis. Kalau merujuk ke angka di atas, kelebihan sepuluh kilo wkwk. Lagi berusaha ngurangin cemilan ama jalan pagi sih paling nggak targetnya kurang 5 kg deh. Bukan buat ngejar tubuh keliatan langsing, tapi lebih pengen sehat aja
BalasHapusHayuu, mendukung banget gerakan ini. Terkadang masih bamyak diluaran sana yang masih happy dengan obesitas termasuk sekelilingku, yang penting sudah edukasi. Pilihan hidup kita, mau sehat atau tidak, terseraah!!
BalasHapusAku milih buat sehat..sehat..sehat aja Ibuu.
makasih udah reminder soal Obesitas ini.
duh baca ini aku jadi tersindir nih, hampir sebulan ini karena suami benar benar di rumah jadi kerasa banget perlunya nyetok makanan cemilan. Alhasil pengeluaran jajan lebih besar daripada pengeluaran makanan pokok.
BalasHapusemang sih ini bisa diimbangi dengan mengubah gaya hidup lebih sehat ya bu. tahun kmrn saya juga baru tahu adanya peringatan hari diabetes ini. tapi cuma kayaknya fungsinya lebih ke reminder aja ya. harusnya praktiknya itu berkelanjutan kan ya bukan sekadar seremoni saja.
Buu pas nih di rumah malah belakangan mager bener deh. Padahal sejak awal untuk siap perbanyak olahraga. Terima kasih sebagai pengingat nya
BalasHapusKalo terlalu kegemukan a.k.a hingga obesitas tentu berbahaya juga ya untuk kesehatan. Selama pandemi ini memang kebanyakan di dalam kamar kerjanya dan tentu kadang suka ngemil aja. Hmmm, memang harus dikurang deh ngemil ini.
BalasHapusHmm apakah selalu menganggap "belum makan kalau belum menyuap nasi" juga dapat memicu obesitas? Padahal sebelumnya sudah makan berbagai jenis makanan juga yang bisa jadi sudah mencukupi kebutuhan tubuh akan makan.
BalasHapusBeberapa bln lalu bingung mau nurunin berat badan. Eh sakit 2 minggu lgsg turun drastis berat badanku, ga perlu diet lagi. Alhamdulillah berasa enteng badannya.
BalasHapusAduh ini benar sekali bu
BalasHapusobesitas memang nggak baik untuk kesehatan
Saya juga lagi berjuang untuk mengatasi obesitas
dengan mulai melakukan food combaining dan rajin olahraga
Aku obesitas juga, duuuh sedih banget dan memang sesek banget. Makanya ini habis lahiran nanti, semoga bisa menurunkan BB
BalasHapusNah ini bener nih, kita tidak bisa menyamakan berat badan ideal antara mereka yang tingginya 170Cm dengan mereka yang tingginya 150Cm. Semoga semakin banyak orang yang teredukasi lewat artikel-artikel seperti ini ya Mba. Suka kasihan gitu sama orang yang punya target badan ideal tapi membandingkan diri dengan orang lain yang tinggi badannya jelas beda banget.
BalasHapussaya sudah dikit lagi nih masuk kategori obes kalau tes di BMI. niatnya sih memang harus rajin gerak sama anak2 biar bisa sehat bonus turun bb
BalasHapusObesitas ini ternyata skrg menjadi isu yg serius ya. Aq dan keluarga sekarang lagi menjalani program makan dan jajan secukupnya untuk menghindari obe.
BalasHapus