Saya berjanji bertemu dengan seorang teman. Kami bertemu di suatu kafe yang sangat unik , ada tempat bermain bagi anak-anak seperti perosotan. Tempat yang nyaman bagi kami , emak-emak untuk ngrumpi dan juga tempatnya nyaman bagi anak untuk bermain.
Begitu asyiknya kami ngobrol, sampai lupa jika anak teman saya itu tiba-tiba digendong oleh seorang petugas tempat bermain. Anak teman, sebutlah Dinda, pucat pasi dan dingin . Teman saya langsung panik dan langsung meninggalkan saya tanpa pamit.
Saya pun, ikut terburu-buru mengantarnya sampai ke dalam taxi untuk membawa anaknya langsung ke rumah sakit. Dia tak menyangka bahwa anaknya tiba-tiba pucat seperti mau pingsan.
Begitu sampai di rumah sakit, ternyata antrian dokter anak cukup panjang. Ketika perawat memeriksa tensi anak, terdengar detak jantung yang tidak teratur, napas pendek dan dingin tangan serta kakinya.
Dokter mendiagnosis dengan melakukan test darah untuk mengetahui parameter, salah satunya kadar fertin dalam tubuh. Jika kadar fertin dibawah normal maka dia akan mengalami anemia defisiensi besi.
Teman saya pun tidak paham kenapa anaknya bisa terkena anemia defisiensi padahal dia merasa sudah menjaga makanan anaknya dengan gizi tinggi. Dokter mengatakan bahwa anak-anak yang sudah bisa memilih makanan sendiri biasanya kebutuhan gizi tidak seimbang.
Dokter menjelaskan dengan sangat sederhana bahwa anemia itu adalah rendah kadar hemoglobin dibandingkan dengan kadar normalnya, yang menunjukkan kurangnya jumlah sel darah merah bersikluasi.
Contohnya jika kadar hemoglobin untuk ibu hamil 37 miligram, untuk orang dewasa 14 miligram, untk anak remaja lelaki 14 miligram dan remaja perempuan 12 miligram.
Jika kadar hemoglobin hanya 8 miligram untuk anak remaja maka dapat dikategorikan anemia berat atau Bahasa Latinnya anemia gravis.
“Tadi anak saya, pucat dan dingin kaki dan tangannya, apakah itu salah satu ciri-ciri anemia,dok?”tanyanya.
- Gangguan konsentrasi
- Gangguan pertumbuhan
- Cenderung mengantuk
- Tidak aktif bergerak
- Rewel
- Lemas
- Pusing
- Dingin di tangan dan kaki
Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
- Kelopak mata dan bibir tampak pucat
- Kurang nafsu makan
- Lesu dan lemah
- Cepat Lelah
- Sering pusing dan mata berkunang-kunang
“Dok, apakah anemia hanya menyerang anak-anak saja. Seingat saya, saya pun saat hamil juga kena anemia . Bahkan saya sampai mengalami preeklamasia
.“Betul, anemia ini bukan hanya terjadi pada anak-anak saja, tetapi anak remaja, dewasa, bahkan ibu hamil juga! Ibu hamil rentan terkena anemia karena volume darah termasuk sel darah mereka meningkat sehingga tubuh butuh asupan zat besi.
Dampak anemia pada kehamilan preeklamsia, infeksi, premature, pendarahan,gangguan pertumbuhan janin, gangguan jantung, pendarahan paska melahirkan.
Siklus dari anemia itu ternyata cukup panjang. Jika ibu hamil mengalami anemia, tidak mendapatkan asupan zat besi yang cukup, maka anak yang dilahirkan akan menjadi anak yang kurang cerdas . Siklus akan berulang, anak yang dilahirkan jadi anemia, pada saat dewasa ia menjadi penyandang anemia. Lalu,setelah menikah dan melahirkan maka anaknya akan anemia.
Jika tidak diputuskan mata rantai kurang zat besi pada anemia, akan berujung fatal, Indonesia memiliki generasi yang tak berkualitas untuk masa depan.
Menurut data prevalansi Anemia dari Riskesdas 2013, prevalansi dari penderita anemia di Indonesia, balita laki 29.7%, balita perempuan26.50%, anak remaja (perempuan/laki di atas usia 15 tahun) masing-masing 22.7% dan 16.6% dan ibu hamil 37.1% .
Anemia jadi tantangan lintas generasi mulai dari masa remaja hingga ibu hamil.
Data ini menunjukkan bahwa prevalansi defisiensi besi pada bayi di suatu kecamatan Matraman sebanyak 27.3% bisa dikaitkan dengan defisensi besi ibu hamil 37.1%.
Penyebab Anemia: .
- Asupan Makanan Asupan zat besi yang rendah, terutama besi heme
- Asupan vitamin C yang rendah
- Konsumsi sumber fitat yang berlebihan
- Konsumsi sumber tannin (kopi, teh) yang berlebihan
- Sakit infeksi atau penyakit kronis
- Penyebab lainnya
Bagaimana Cara Stop Defisisensi Zat besi ?
Dua faktor penyebab terjadinya defisiensi besi.
Faktor pertama adalah kurang pengetahuan apa itu anemia, faktor kedua adalah malnutrisi .
I.Sosialisasi Anemia
Anak seorang kaya semuanya mengenal anemia karena asupan yang diberikan orangtua sekedar pemuas keinginan bukan makanan yang bergizi sesuai dengan panduan, atau anaknya sebagai picky eater, makanan tidak bervariasi, kondisi tertentu sehingga menyebabkan gangguan penyerapan, kondisi tertentu hingga menyebabkan asupan besi rendah (alergi bahan makanan sumber heme).
Solusi mereka yang belum atau tidak mengetahui tentang anemia, bisa diberikan panduan. Saat ini Danone Indonesia telah memiliki banyak gerakan yang mensosialisasikan apa itu anemia bagi remaja. Gerakan itu disebut “Gesid” ditujukan kepada remaja SMP, SMA dengan tujuan agar “Aku Peduli, Aku Sehat, Aku Bertanggung Jawab”.
"Aksi Cegah Stunting" merupakan proyek antara Danone Indonesia dengan Kementrian Kesehatan dan mitra kerja lainnya. Caranya dengan pendekatan kepada mereka yang menderita stunting dan terus dimonitor hingga penderita stunting itu diinterupsi dan diberikan asupan gizi yang memadai. Angka keberhasilannya dengan menurunkan angka stunting sebesar 4,35% dalam waktu 6 bulan.
II.Cegah Kurang Asupan Kurang Zat Besi
Di Indonesia penyebab utama dari anemia adalah karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi.
Asupan makan yang dikonsumsi oleh orang Indonesia kebanyakan dari bahan nabati (tahu , tempe) , kurang asupan energi dan protein rendah kalori.
Akibatnya banyak defisit energi, rendah protein dan mikronutrien .
"Warung Anak Sehat" merupakan Program Danone untuk mengedukasi ibu-ibu pemilik kantin sekolah untuk memilih makanan sehat dan snack sehat bagi anak sekolah. Anak yang makan di kantin sudah sesuai dengan nutrisi kebutuhan anak. Kegiatan ini telah melibatkan 234 agen warung sehat, 300 guru dan 6000 ibu-ibu dan serta 27.000 anak.
SariHusada |
Selain itu Danone juga telah memiliki program “Isi Piringku” mengedukasi Perilaku Gizi Seimbang. Panduan "Isi Piringku" terdiri dari lauk-pauk (nabati dan hewani) , buah-buahan, sayur-sayuran. Porsi dan jenis yang ada dalam "Isi Piringku disesuaikan dengan usia dan aktivitas anak.
A. Usia bayi balita: Perbanyak sumber protein untuk masa pertumbuhan.
B. Usia Remaja : Asupan zat besi untuk kurangi gejala anemia
C. Usia Dewasa : Unsur karbohidrat harus dikurangi
Kita juga dapat meniru program "Isi Piringku" dari Kemenkes tahun 2017. Satu piring terdiri dari kabohidrat, protein, vitamin, mineral. Sepertiga diisi makanan pokok (nasi atau kentang), sepertiga lainnya diisi sayuran lauk pauk dan buah.
Bagi orangtua dapat mengedukasi secara konsisten dengan materi gizi lewat permainan sehingga anak dapat memahami dan mengingat apa saja Isi Piringku. Harapannya agar gizi anak meningkat, dan memperbaiki kualitas hidup di masa depan.
Cara Pencegahan Terjadinya Anemia
- Asupan bergizi seimbang.
- Jika asupan didominasi sumber besi non heme, harus dikonsumsi bersama unsur yang dapat meningkatkan penyerapan besi .
- Fortikasi makanan :Tepung Terigu/beras ,Beras, Susu Pertumbuhan Danone Indonesia
- Mematuhi konsumsi vitamin zat besi.
Gizi Seimbang artinya:
Apa yang dibutuhkan oleh seorang untuk zat besi,dipenuhi dengan asupan sesuai dengan kebutuhannya.
Contohnya : Jika kebutuhan seorang anak untuk zat besi 7 mg maka dia cukup makan hati ayam (zat besi dari heme) atau daun-daun hijau disertai dengan makanan mengandung vitamin C dan tidak makan asupan makanan penghambat zat besi seperti filet, tanti, politenol, calcium (teh dan kopi yang berlebihan).
apki.or.id |
Makanan sumber hewani yang kaya zat besi (HEME)
- Daging ayam
- Daging sapi
- Daging domba
- Hati ayam
Asupan Sumber Besi Non-heme:
Khusus untuk asupan berasal dari zat besi non heme itu diperlukan makanan untuk peningkat penyerap makanan(seperti makanan mengandung vitamin C) agar dapat mudah menyerap.
Contohnya : makan bayam disertai dengan makanan bersumber pada vitamin C.
Sebaliknya jangan makan yang mengandung penghambat penyerapan zat besi seperti fitat, tannin, polifenol, kalsium, seng.
Fortifikasi makanan:
Fortifikasi zat besi adalah program jangka Panjang untuk memerangi anemia. Tepung terigu dan kecap difortifikasi dengan zat besi . Juga salah satunya susu pertumbuhan anak terfortifikasi paling baru diproduksi oleh Sari Husada.
Vitamin Zat Besi
Salah satu nutrisi tambahan untuk kekurangan zat besi adalah vitamin zat besi. Hal ini sangat penting terutama bagi pertumbuhan anak usia 0-5 tahun karena masa itu disebut golden years.
Dalam pertumbuhannya dibutuhkan zat besi, calcium, mineral, carbohydrate, protein, vitamin.
Efek Jangka Panjang
Anemia bukan hal yang mudah, tapi bisa diantisipasi dan distop apabila kita tahu bagaimana efek jangka panjang yang mengancam kebugaran, daya tahan tubuh, infeksi, prestasi. Imunitas anak rendah, risiko tertular dan terkena penyakit kronis dan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal. Selain itu anak juga punya daya saing produktivitas yang rendah saat dewasa.
Saatnya bagi kita semua untuk stop anemia dengan cara asupan gizi seimbang dan pengoptimalan penyerapan zat (makanan non heme harus dilengkapi dengan vitamin C dan hindari makanan penghambat zat besi (teh , kopi yang berlebihan).
Berhasilnya pemutusan rantai anemia adalah komitmen kita semua untuk bisa menciptakan anak-anak bangsa yang memiliki kualitas cerdas, pintar dan menjadi bangsa yang sejahtera dan sehat.
Anak2ku tiga2nya suka pd mimisan gt klo pas kelelahan kadang2 takut juga mrk smp anemia krn lumayan sering. Tp ini mmg diturunkan dr keluarga ayahnya. Jd emang selain aumber zat besi dr makanan penting jg menyiapkan suplemen tambahan yaa
BalasHapussaya baru paham soal siklus anemia yang bisa diturunkan pada anak, memang harus distop ya, dan semoga banyak orang bisa mendapatkan informasi detail supaya bisa menghentikan siklus anemia ini
BalasHapusMembaca ini jadi teringat dulu,saya punya teman pasutri keduanya memiliki riwayat anemia.baiknya dari ortu juga harus membaca informasi terkait anemia sehingga paham gejalanya
BalasHapusBner mbak zat besi terbesar ada dalam sel darah merah oleh karena itu harus hati2 ketika mengkonsumsi makanan instant ya..
BalasHapusTernyata anemia bisa berdampak berat ya?
BalasHapusBeruntung pemerintah dan Danone tanggap dan memberi edukasi
Untung saya belum pernah anemia , semoga untuk kita dan juga anak-anak harus mengerti untuk cara pola hidup sehat dan jangan lupa jaga kesehatan supaya bebas dari penyakit seperti anemia
BalasHapusAnak-anak pun juga harus belajar cara hidup pola sehat dan cara menjaga kesehatan sejak dini
wah informatif bgt mba! butuh banget nih informasi terkait anemia seperti ini, apalagi bagi beberapa orang yang awam akan hal ini.
BalasHapusAnemia pada anak ini bahaya juga ya mbak karena anak-anak kan sedang dalam masa pertumbuhan hingga bagaimana caranya agar asupan zat besinya terpenuhi dgn benar
BalasHapusAnemia ini ngeri banget ya, Mbak. Aku pernah anemia waktu hamil dan berakhir keguguran. Sedih banget rasanya. Skrg sebagai ibu, harus bener² siapin gizi seimbang untuk anak biar dia bebas anemia. Apalagi anakku perempuan yang nantinya akan hamil juga.
BalasHapusAnemia memang harus dicegah dengan cepat dan bila sudah terjadi penanganan harus lekas ya agar tidak terjadi masalah dengan tumbuh kembang
BalasHapusHal - hal informatif dan edukatif seperti ini perlu terus untuk disosialisasikan. Karena mungkin masih banyak juga orangtua yang belum paham tentang anemia ini.
BalasHapusku juga menulis ttg defiensi zat besi, dan aku pun sering menderita anemia..pokoknya qt hrs mencukupi kebutuhan zat besi dlm tubuh agar dijauhkan dr penyakit ini
BalasHapusJujur aku baru tahu lho kalo anak balita atau anak dibawah umur ada terkena penyakit anemia juga yah. Manfaat nih infonya, terutama bagi aku yang awam banget.
BalasHapusSayang ya masih banyak sering menganggap sepele anemia, mungkin karena belum teredukasi. Mudah2an sih aksi danone bisa mengedukasi lebih banyak orang Indonesia supaya ngerti pentingnya konsumsi zat besi. Dengan begitu siklus anemia lintas generasi bisa diputus.
BalasHapusinformasi seputar anemia nya lengkap banget bu
BalasHapusmakin tercerahkan soal anemia ini
memang anemia harus segera ditangani ya bu, biar kesehatan tubuh tidak terganggu
Mba Ina, saya mau bilang terima kasih, mba. Artikel ini lengkap sekali. Saya jadi tau kalau anemia efeknya jangka panjang bahkan bisa menetap.
BalasHapusDuh angka anemia di Indonesia tuh miris dan mengkhawatirkan sih yaa mba, dan sedihnya kadang masih dianggap remeh, padahal kalo dibiarkan tuh bisa berbahaya juga loh
BalasHapusSeneng banget kalo liat anak-anak segar dan semangat. PR banget buat saya yang punya 2 anak kecil, ngebangun rasa seneng sama sayur dan jadi bagian penting konsumsi sehari-hari.
BalasHapusKelihatannya sih masalah ini akan sepele cuma sakit anemia ternyata dampaknya besar bagi perkembangan anak dan masa depan nya
BalasHapusPeran asupan makanan sangat mempengaruhi kesehatan tubuh kita ya, Mba. Saya baca di Google kalau jenis anemia ini ada beberapa namun salah satunya defisiensi besi yang disebabkan karena asupan makanan yang tidak terpenuhi dengan baik. Sebagai orang tua, ini menjadi pr bersama memastikan anak-anak tumbuh sehat dengan nutrisi yang berasal dari asupan makanan yang memadai terutama nutrisi zat besinya.
BalasHapusIya betul ini, dulu pas hamil saya juga kekurangan zat besi, memang sblm menikah pun saya sering pusing gitu misal saat beranjak dr duduk, gliyengan.
BalasHapusBanyakin makanan yg sehat dan hindari kafein skrg alhamdulillah sudah dilakukan dan nggak begitu sering pusing lagi.
Defisiensi ini patut diantisipasi dgn serius ya, terutama pada anak2 juga. Semoga kita smua sehat selalu.
Anakku pernah kekurangan zat besi, dan berat badannya jadi susah naik. Sedih banget.. Konsul ke dokter lalu dikasih suplemen zat besi
BalasHapusAq selalu kira anemia itu sevuah hal yang gak perlu di takuti. Ternyata aq salah ya kak selama ini
BalasHapusAnemia itu penyakit yg gak disadari. Kita mikirnya makanan udah bergizi eh taunya kurang unsur zat besi. Emg kudu mawas utk asupan anak2
BalasHapusAnemia ini semacam pembunuh diam-diam ya mbak. Seringkali ga disadari. Tapi bahayanya ngaruh banget. Terutama ke prestasi anak di sekolah
BalasHapusMonika banget ya anemia in i dar tahun ke tahun, perlu banget sosialisasi dan turun tangan terutama ke daerah daerah.
BalasHapusSepertinya aku juga harus bawa anak-anakaku check up ke dokter nih, biar kalo misalnya anemia bisa segera diatasi. Soalnya mereka cenderung pemilih sekali kalo untuk makanan
BalasHapusAnemia ini tantangan banget. Karena akupun mengalaminya mba. Apalagi anak-anak.
BalasHapus