Ketahanan pangan di Indonesia didukung oleh sumber-sumbernya yang berasal dari pertanian, peternakan maupun pangan dari hutan. Sayang, tidak ada perbandingan kontribusi masing-masing sektor terhadap pangan.
Sektor pertanian dan peternakan dari hari ke hari makin berkurang volumenya maupun kualitasnya. Alasannya adalah lahan kritis yang sudah banyak beralih fungsi dari sawah yang begitu luas harus berubah menjadi tempat mall atau tempat hunian. Sumber daya manusia pengelola yang tidak tahan dengan kondisi sosial ekonomi yang tidak memadai (pendapatan yang tidak memadai) ketika harus mengolah pertanian. Mereka mempertimbangkan untuk jadi buruh atau bekerja kasar ketimbang jadi petani.
Peternakan yang diandalkan untuk memenuhi pangan mulai berkurang dan mundur . Alasannya peternak tak lagi bergairah untuk menjadi peternak. Alasan klasik biaya besar untuk mengelola peternakan tak seimbang dengan hasilnya.
Apabila dua sektor, pertanian dan peternakan, tidak lagi bisa jadi andalan sumber pangan, lalu bagaimana kondisi ketahanan pangan Indonesia? Apakah harus mengimpor makanan? Impor pangan akan menggerus devisa negara dan akhirnya ketahanan pangan Indonesia pun jadi tak bisa mandiri, ketergantungan pada impor pangan menyebabkan ambruknya kemandirian pangan.
Satu-satunya sektor yang masih dapat diandalkan adalah hutan. Mengapa hutan? Hutan itu bersifat holistik untuk jangka panjang. Ada banyak kekayaan hayati terkandung dalam hutan. Fauna, flora, hewan, air, energy merupakan daya dukung bagi pertumbuhan berkelanjutan. Jadi hutan sumber pangan adalah salah satu alternatif yang harus dimanfaatkan. Dimanfaatkan tanpa harus merusak.
Data dari Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) luas areal hutan produksi yang dapat dikonversi di seluruh Indonesia mencapai 30.718.000 ha, jika 10% dari luasan tersebut dimanfaatkan, maka terdapat 3.071.800 ha yang dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman pangan.
Sebagai contoh PT. Inhutani V Cabang Kotabumi, telah berhasil menanam pohon jati, mahoni, sungkai seluas 10.000 . Hasil produksi ketela mencapai 300.000 – 600.000 ton/setahun. Tanaman pangan ini mengurangi biaya penanaman tanaman kehutanan yang biayanya Rp.2.000.000 /ha sementara untuk tanaman pangan hanya Rp.400.000.00/ha.
Petani yang tak memiliki tanah pertanian sendiri, bisa melihat kesuburan hutan merupakan kawasan pengatur tata air dan keseburan tanah, sumber plastma nutfah, tempat berlindung dari ancaman kehidupan dan kontributor penyedia pangan.
Salah satu dari multifungsi hutan bagi kehidupan masyarakat Indonesia adalah perannya hutan sebagai tempat kehidupan dari 19.410 desa berada di sekitar hutan, jumlah penduduk sekitar 48,8 juta orang yang yang hidupnya berkaitan dengan hutan.
Pangan dari Hutan:
Hutan bukan hanya dilihat dari pohon-pohon yang besar saja. Tetapi juga dilihat dari segi Hutan sumber pangan. Dalam rangka swasembada pangan, tidak hanya berorientasi pada beras saja. Tetapi ada alternatif pangan yang dihasilkan oleh hutan.
Hutan Indonesia yang luasnya 143 juta hektar itu terkandung 77 jenis bahan pangan sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 75 jenis minyak dan lemak, 389 jenis biji-bijian dan buah-buahn, 228 sayur-sayuran, 110 jenis repah dan bumbu-bumbuhan, 40 jenis bahan minuman dan 1.260 jenis tanaman obat.
Untuk karbohidrat beras dari dalam hutan, dapat dibagi secara berlapis-lapis dari dalam tanah sampai ke atas tanah. Contohnya ketela pohon, dapat dihasilkan pada awal musim tanam (tumpangsari) , Hasil produksinya cukup besar yaitu sebesar 30-60 ton/ha.
Selain tanaman untuk karbohidrat, ada keragamanan sumber pangan protein, lemak, vitamin dan mineral yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Berbagai sumber pangan nabati asal hutan, antara lain adalah: umbi-umbian (seperti keladi); tepung-tepungan (seperti sagu); jamur, sayur-sayuran (seperti daun melinjo), buah-buahan (seperti sukun, cempedak, dan lain-lain); biji-bijian dan kacang-kacangan; serta sumber protein hewani sebagai bush meat seperti sea food, ikan, ayam hutan, kasuari, burung merandai, mamalia/hewan buru (seperti rusa, babi hutan, tupai, dan lain-lain).
Selain itu, terdapat pula produk lebah madu yang banyak dimanfaatkan untuk pangan dan kesehatan.
Pangan dari Hutan yang Saya Sukai:
Mengetahui bahwa pangan beras itu terbatas jumlahnya, untuk membantu ketahanan pangan Indonesia, tentunya ada pangan alternatif yang harus diadaptasi. Bagi saya, pangan dari hutan yang saya sukai adalah ketela pohon. Ketela pohon yang putih warna di dalamnya, walaupun di luarnya kecoklatan.
Alasan saya menyukai ketela pohon adalah kandungan karbohidratnya lebih rendah dibandingkan dengan beras putih, beras putih mengandung 130 kcl/100 gr sementara ketela pohon mengandung 112 kcl/100gr. Makan kenyang tapi menyehatkan.
Juga mudah sekali memasaknya tinggal mengupasnya dan merebusnya, dimakan begitu saja, atau seringkali jika ingin makan lebih enak, saya memberikan rasa santan putih dan gula dicampurkan dengan ketela, ini adalah resep ketela Thailand yang sangat saya sukai.
Saya mengharapkan Anda semua menyukai ketela pohon ini karena pola pikir kita harus berubah tentang makanan utama bukan hanya beras saja tetapi juga ada ketela pohon, selain mudah memasaknya, juga lebih sehat segi karbohidratnya.
Menjaga dan Melestarikan Hutan:
Pemanfaatan lahan hutan harus terus dioptimalkan dan jangan sampai hutan jadi tempat exploitasi ekonomi. Pembalakan liar (illegal logging), kebakaran gambut yang disengaja, mencabut pohon tanpa menanam kembali perlu terus diwaspadai.
WALHI, tidak lelah terus menerus menyuarakan penyelamatan lingkungan hidup melalui role model/kearifan lokal warga yang hidup di hutan. Memperkuat posisi warga dalam kegiatan ekonomi, sosial,seni-budaya bahkan politik agar masyarakat sekitar hutan tetap bergantung kepada hutan.
Hasil dari pangan hutan harus diolah dengan menggunakan teknologi pangan yang sudah berkembang saat ini, sehingga produksi masa paska panen dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan .
Diharapkan tidak terjadi krisis pangan terjadi.
Sumber referensi:
- Hutan Untuk Ketahanan Pangan oleh Marinus Kristiadi Harun
- Hutan Sebagai Sumber Ketahan Pangan oleh CIFOR Forests News
- Hutan Sebagai Sumber Pangan oleh World Food Day Indonesia
- Peran Sektor Kehutanan Dalam Meningkatkan Ketahanan oleh Kementrian LHK
Singkong di tempat saya banyak sekali. Bahkan saya nanem juga. Lumayan buat buat camilan saat santai.
BalasHapusSingkong mudah didapatkan, harganya murah dan bergizi ya bun
BalasHapus