www.google.com |
Umumnya, kita mengenal kata “Smart” dianalogikan untuk pribadi atau orang dengan pengertian bahwa orang itu cerdas dalam bertindak,berpikir. Lalu kenapa kata “smart” dipersonifikasikan kepada kota. Inilah yang jadi pertanyaan besar kita semua.
Analoginya adalah sama antara orang dan kota. Sebuah kota diharapkan menjadi sebuah kota yang “smart” sama seperti halnya orang karena warga yang tinggal di kota mengharapkan kota itu dapat memberikan kenyamanan , pelayanan dalam bidang administrasi kependudukan, kesehatan, keamanan, pendidikan ,trasnportasi.
Untuk mengelola sebuah kota menjadi “smart” dibutuhkan pendukung yaitu teknologi yang dapat menolong para birokrat dalam pemerintahan untuk mewujudkan “smart city”.
Sekarang ini, kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya sedang mengejar ketertinggalan untuk menjadi “Smart City”. Konsep “Smart City” telah dicanangkan sejak lama sekali. Menjadi Kota “Smart City” artinya memiliki konsep kota cerdas dimana diterapkan suatu system yang membantu berbagai kegiatan masyarakat , utamanya dalam mengelola sumber daya yang ada dengan efisien sehingga memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat dan mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan.
Menurut Frost & Sullivan, terdapat 8 aspek utama dari penerapan smart city, yaitu smart governance, smart infrastructure, smart technology, smart mobility, smart healthcare, smart energy, smart building, dan smart citizen.
Bagaimana Negara lain dapat mencapai “Smart City”
Negara-negara yang sudah dikategorikan sebagai “Smart City” adalah :
1. Tokyo
2. London
3. New York
4. Zürich
5. Paris
6. Geneva
7. Basel
8. Osaka
9. Seoul
10. Oslo
11. Philadelphia
12. Los Angeles
13. Dallas
14. Copenhagen
15. Eindhoven
16. Amsterdam
17. Sidney
18. Stockholm
19. Chicago
20. Baltimore
Pemerintah dan masyarakat kota yang terdaftar sebagai “Smart City” telah menerapkan tiga aspek utama dalam membangun kotanya. Ketiga aspek utama itu adalah dimensi sosial (keamanan), ekonomi (daya saing) dan lingkungan (kenyamanan). Sistem dan program dibuat dengan bantuan teknologi informasi. Digunakan oleh masyarakat dan semua stakeholder untuk mencapai hasil yang maksimal sehingga kota dimana mereka tinggal itu benar-benar jadi impian karena keterlibatan masyarakat dan pemerintah yang menanggapinya.
Penilaian “Smart City” dilakukan oleh suatu badan yang disebut The IESE Business School. Sebuah sekolah penelitian di Spanyol telah memilih 20 kota pintar terbaik di dunia. Parameter yang digunakan untuk penilaianny disebut Cities in Motion Index (CIMI), dengan cara mengutus peneliti ke 135 kota di 55 negara di seluruh dunia dan mengukurnya dengan 50 indikator
Bagaimana dengan Indonesia?
Seperti telah dijelaskan di atas, kota-kota besar di Indonesia sedang mengejar ketertinggalan 20 tahun untuk jadi “Smart City Indonesia". Masalah bertumpuk di kota besar mulai dari administrasi kependudukan, kebersihan (sampah) , keamanan (perampokan dan pembunuhan di pemukiman ), kemacetan total . Jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan yang berarti, warga yang menempati kota ini akan tidak bahagia , akhirnya terkena depresi, stres.
Menciptakan lingkungan yang aman, bahagia dan nyaman adalah dambaan semua warga.
Namun, keterbatasan system dan program kota tidak mendukungnya. Oleh karena itu setiap kota harus menganalisa dengan tepat kebutuhan warganya dan meresponnya dengan teknologi informasi untuk dapat membantu menyelesaikan masalah.
Pemerintah dalam hal ini gubernur dan bupati kota-kota Besar harus membuat “fish bone” untuk mengindentifikasi masalah utama di kotanya. Setelah diketahui masalahnya, berikan prioritas untuk penanganan apa yang dapat dilakukan. Contohnya kemacetan di Jakarta, perlu adanya terobosan baru seperti dibangun MRT, pemberlakuan 3 in one , penambahan angkutan TransJakarta. Terobosan baru ini tentunya tidak mudah dilaksanakan begitu saja, ada master plan dan rincian dari skema kerja masing proyek, siapa yang bertanggung jawab, pelaksana , biaya, target dari pelaksanaan hingga selesai, maintenance atau pemeliharaan setelah selesai.
Dalam rangka berbenah diri, kota-kota, Jakarta, Bandung, mengandalkan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu terciptanya “Smart City”. Teknologi informasi ini meliputi beberapa aspek seperti keamanan, kesehatan, transportasi, infrastruktur dan lainnya.
Saya pun punya pengalaman pribadi dengan masalah sampah dan kependudukan. Lokasi rumah saya hanya 200 meter dari pasar semi modern. Sayangnya, ada sampah yang mengganggu ketrentraman dan kesehatan bagi kami warga yang tinggal di sini. Saya ketahui bahwa sampah ini dibuang oleh pedagang yang menjual sayuran , dan lainnya. Dibuang tanpa peduli pengelolaan sampah yang bertumpuk dibiarkan sampai sampah diambil seminggu-sepuluh hari. Pengelolaan sampah masih di Pemda. Pernah melaporkan melalui aplikasi.SMS Laksa Nomer 08111500293 milik Pemkot tangerang. Tapi tidak ada hasilnya sampai sekarang.
Lain halnya dengan masalah administrasi kependudukan, anak kehilangan e-KTP sejak Nopember 2016, telah melaporkan dan memohon diprint kembali. Namun, sampai hari ini anak hanya memperoleh surat pernyataan bahwa blanko e-KTP belum diperoleh dan surat pernyataan itu dianggap sebagai pengganti e-KTP. Keluhan juga telah dikirimkan melalui aplikasi SMS LAKSA milik PEmkot Tangerang.Belum ada respon hingga kini.
Pioneer dari Smart City:
Untuk monitor dari kegiatan Smart City di Jakarta, melalui sebuah ruangan besar disebut dengan Smart City Lounge. Smart City Lounge merupakan command center yang mengoperasikan segala komponen TIK Smart City. Dari ruang tersebut staf Smart City melalui aplikasi yang dibuat Tim Jakarta Smart City Lounge bisa menerima pengaduan warga terkait permasalahan sosial, mulai dari banjir, kemacetan, sampah, tempat wisata, wilayah rawan kriminalitas hingga pelayanan izin dan sebagainya.
Bandung juga tidak mau kalah dengan Jakarta. Dengan moto “Bandung Kota Cerdas”, Bandung berkomitmen membuat hal yang sama seperti Jakarta, yaitu Bandung Commad Center, terdapat 5 aspek utama yang dikedepankan antara lain partiwisata dan transportasi, pelayanan publik dan bisnis, pendidikan dan kesehatan, serta pengelolaaan pemerintah.
Surakarta tidak mau ketinggalan:
Sebagai salah satu kota terbesar di Jawa Tengah, Surakarta pun tak mau ketinggalan untuk ikut serta menjadi “Smart City”. Setelah digodog dengan elemen masyarakat dan Pemerintah , terbentuklah visi keren yang diciptakan yaitu “Terwujudnya layanan TIK yang inovatif, handal dan terpadu guna mendukung terwujudnya Kota Surakarta sebagai Kota Budaya, Mandiri, Maju dan Sejahtera” .
Usaha ini tidak sia-sia, ternyata Solo telah berhasil meraih penghargaan Smart City 2015 dari Pemerintah Pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2015 lalu.
Dibalik Keberhasilan Surakarta meraih penghargaan ini, ada peran besar dari sebuah perusahaan pembuat aplikasi, alat komunikasi antar masyarakat dan Pemerintah.
Beberapa solusi yang telah digarap oleh Gamatechno itu adalah Solo Destination dengan fiturnya yang terbaru, Radio Anak Surakarta (Konata); Ulas Mobile; E-Kelurahan; dan portal web lalu lintas Kota Solo. Produk yang sudah di-launching juga produk kerjasama dengan Aino, yaitu E-PKB, serta re-launching E-Ticket BRT dan E-Restribusi.
wwww.gamatechno.com |
Solo Destination, adalah sebuah aplikasih berbasis smartphone Android yang telah dikembangkan oleh Gamatechno bekerjaka sama dengan Dinas Perhubungan Komunkasi dan Informatika
(Dishubkominfo) Kota Solo
Solo Destination adalah sebuah aplikasi terintegrasi yang menyediakan informasi city guide, sosial media dan pemantauan lalu lintas berbasis mobile yang pertama di Indonesia. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat lokal maupun wisatawan untuk menjelajah kota Solo dengan berbekal perangkat smartphone.
Solo Destination adalah sebuah aplikasi terintegrasi yang menyediakan informasi city guide, sosial media dan pemantauan lalu lintas berbasis mobile yang pertama di Indonesia. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat lokal maupun wisatawan untuk menjelajah kota Solo dengan berbekal perangkat smartphone.
Bukan itu saja, Pemerintah Kota Surakarta juga memperkenalkan aplikasi pelaporan masyarakat Ulas Mobile dan e-Kelurahan ke publik. Fungsi dari Ulas Mobile bagi masyarakat kota Solo untuk membuat laporan mengenai pelayanan/fasilitas publik secara langsung ke Humas Pemerintahan. Laporan dari Ulas Mobile akan didistribusikan ke SKPD dan dipantau oleh semua pihak terkait.
Sementara e-Kelurahan adalah sistem yang mendukung pelayanan kelurahan yang cepat dan nyaman. Dengan teknologi e-Kelurahan, mengurus surat-surat tak perlu lagi dengan mengisi formulir manual sehingga lebih cepat dan efisien.
Gamatechno :
|
Gamatechno adalah sebuah perusahan penyedia solusi smart city . Berpengalaman selama lebih dari 11 tahun. sebagai perusahaan penyedia solusi smart city . Gamatechno sangat mendukung program "Solo Menuju Smart City 2018”.
Prestasi gemilang melakukan proyek Smart City 2018 ini akan dilanjutkan dengan berbagai proyek. Pengalaman dan kerja Gamatechno membuktikan bahwa Gamatechno berhasil mendukung kota-kota lainnya di Indonesia untuk berkembang menuju"Smart City Indonesia".
Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!