victory-sports.com |
Heru tumbuh sebagai remaja yang keras kepala, sombong dan kurang percaya diri. Dia anak tengah dari tiga bersaudara. Namun, dia satu-satunya putra di keluarga Purwodiharjo (bukan nama sebenarnya). Ayah dan ibunya memanjakan dirinya karena dia menjadi tumpuan harapan keluarga itu untuk meneruskan bisnis keluarga itu.
Kebahagiaan keluarga itu dihentakkan dan dikejutkan dengan hobi Heru yang baru yang tak pernah dipikirkan oleh ibu dan ayahnya. Hobi yang cukup membahayakan untuk keselamatan diri Heru sendiri. Heru mulai menyukai main kebut-kebutan atau motorcross.
Usianya baru menginjak 16 tahun. Tetapi motor yang diminta oleh Heru telah diberikan oleh orangtua sejak ia berusia 15 tahun. Ini pun karena paksaan dari Heru. Jika tidak dibelikan, dia mengancam akan berhenti sekolah. Sejak itu Heru tak pernah berhenti untuk bermain bersama dengan teman-temannya sepulang dari sekolah. Bermain motor, di arena yang disukainya adalah motorcross. Di sana dia seakan menjadi pahlawan karena berhasil menghentakan motornya dengan mengebut. Jika menang, serasa dunia miliknya. Kehebatan dan kemengan itu jadi mimpi Heru.
Hampir tiap malam ayah dan ibunya selalu menasehati Heru. Untuk menghentikan aktivitas kebut-kebutaan di arena motorcross. Namun, nasehat itu sepintas didengarkan, setelah itu dibuang seperti angin lalu.
Berkali-kali ayah dan ibunya harus menghadap kepada Guru sampai Kepala Sekolah, Surat peringatan pertama, kedua dan terakhir kalinya dilayangkan. Ayah dan ibu Heru sampai merasa putus asa. Apa sebenarnya yang dicari oleh anaknya? Apakah anak ini sedang dalam masa pubertas keinginan menunjukkan identitas dirinya?
Pelbagai macam pendekatan mulai dari yang lemah lembut sampai keras, terus dilakukan oleh ibunya. Tetapi tak satu pun yang mampu membuat Heru berhenti atau mendengarkannya.
Satu hari, ketika ayah dan ibunya sedang berada di rumah untuk beristirahat di siang hari setelah makan siang, sebuah ketokan di pintu terdengar.
“Selamat siang, Pak Ibu!” seru seorang dengan seragam kepolisian
Deg... hati ibu Supatinah , ibu Heru segera berdetak dengan keras.
“Selamat siang Pak, bisa saya bantu?” tanya ibu Supatinah.
“Apakah betul ini kediaman Heru?” tanya polisi.
“Betul, pak!” kata ibu Supatinah.
“Saya ingin menyampaikan berita bahwa Heru sekarang berada di rumah sakit Polri karena kecelakaan dalam acara motorcross di Lapangan Sebu”, kata polisi.
“Dimana? Bagaimana keadaan anak saya?” seru ibu Supatinah.
“Lebih baik kita menjenguk ke sana saja bu!” jawab pak Polisi.
Di ruang yang putih, bersih, dan penuh dengan alat-alat operasi, Heru dibaringkan di sana. Ayah dan ibunya tak diperkenankan untuk masuk karena operasi harus segera dilakukan. Tidak mungkin menunda waktu, yang diperlukan hanya tanda tangan persetujuan dari orangtua .
Di depan ruang operasi kedua orangtua Heru duduk dengan gelisah, tercekam menanti selesainya operasi. Hampir mereka tak percaya bahwa anaknya itu akhirnya harus berada di ruang operasi. Teringat kebandelan anaknya memang tak bisa mereka kuasai lagi. Apakah ini pertanda bahwa dengan kecelakaan ini anaknya akan tobat dan berhenti untuk main kebut-kebutan .
Tapi bagaimana jika jiwa anaknya tak tertolong. Kegelisahan dari menit ke menit menjadi hal yang tidak menyenangkan. Selesai operasi, dokter ke luar ruangan. Ibu Supartinah segera berlari menghampiri dokter itu. Dikatakan oleh dokter bahwa ada tulang kaki yang retak, sudah dioperasi dan itu perlu waktu untuk recovery. Namun, sayang salah satu dari matanya tidak tertolong kena benda tajam, dan retina pun putus.
Gundah gulana, ayah dan ibu Heru pun sedih luar biasa. Anak ku buta, hanya ada satu mata yang berfungsi.
Selama dalam rumah sakit, Ibu Supartinah merawat dengan penuh kasih Heru. Dia tak pernah menceriterakan apa yang terjadi dengan mata Heru. Heru sendiri belum tahu bahwa satu matanya buta karena mata yang rusak itu masih dibalut.
Tetapi Heru melihat dengan mata hatinya, penyesalan yang sangat dalam kenapa dia tak mendengarkan apa yang diminta dan dinasehati oleh ibunya. Seperti nasi sudah menjadi bubur. Diam-diam Heru mendengar pembicaraan antara perawat dengan salah saudara Heru yang menengoknya. Percakapan yang menusuk hatinya karena dia akan segera kehilangan satu matanya.
Pulang dari rumah sakit. Heru yang dulu jagoan naik motor, berbeda sekali karena dia sekarang tak bisa melihat dengan jelas dengan satu mata. Satu mata yang juga tak begitu berfungsi baik.
Hari-hari Heru penuh dengan penyesalan, dia mulai bersekolah mengejar ketinggalan dan akhirnya dia mampu menyelesaikan sekolah menengah atas. Tetapi ternyata dia tak mampu melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi karena ada kelemahan dari salah satu fungsi otak .
Dia mengambil kursus bengkel mobil. Setelah selesai kursus, dengan modal dari ayahnya, dia membuka bengkel.
Setelah itu Heru menikah dan memiliki seorang putra semata wayang, Bambang. Satu-satunya putra ini memang sangat dikasihinya. Tapi Heru selalu ingat akan dirinya sendiri. Bila dia terlalu mengasihi putranya tanpa memberikan pendidikan yang ketat tentang cara berkendara motor yang memberikan keselamatan, artinya dia akan membiarkan anaknya terjerumus hal yang sama seperti dirinya.
Sepulang dari sekolah, Heru mendampingi dan mengedukasi Bambang. Diceriterakannya apa yang terjadi dengan dirinya. Mulai dari awal hingga akhir sampai cacat matanya. Baginya Bambang harus melihat pengalaman hidupnya sebagai guru dan pelajaran yang berharga.
Bambang, memang tumbuh menjadi anak yang kritis . Dia mengamati kondisi ayahnya. Ayahnya tak bisa mendapat pendidikan tinggi dan tak mendapat pekerjaan yang lebih layak karena hobi motorcross yang tak terkendali. Jika ayahnya tidak ngebut dengan motornya di masa mudanya, tentu hal itu tak pernah terjadi.
Dia tak ingin menyusahkan orangtuanya. Bahkan ketika seorang temannya membujuk agar dia minta sebuah motor kepada ayahnya. Dia menolak melakukannya. Alih-alih sebagai penyuluh atau volunteer di sekolah tentang sosialisasi berkendara motor secara aman.
Bagi Bambang, penyuluh adalah bagian dari hidupnya. Dia tak mau orang lain , teman atau saudara yang memiliki kehidupan yang tak beruntung hanya karena berkendaraan motor tidak aman, suka ngebut, tidak mengindahkan rambu-rambu lalu-lintas. Ini sangat dicamkan dan dia memiliki kemampuan untuk memberikan penyuluhan secara persuasif kepada teman dekatnya.
Dia sangat disayangi oleh teman-temannya karena apa yang diberikan Bambang itu menjadi pegangan dan dasar dari keselamatan mereka semua karena teman-temannya banyak yang sudah jadi pengendara motor untuk ke sekolah. Padahal mereka baru saja berusia 15 tahun. Untuk pengemudi kendaraan bermotor dua seharusnya berusia 16 tahun. Mereka berbohong dalam usia untuk mendapatkan SIM.
Bambang memang berbeda dengan teman seusianya. Dia tumbuh bukan jadi jagoan, tapi tumbuh untuk jadi penyuluh berkendara motor dengan selamat.
Tips yang diberikan kepada teman-temannya yang suka dengan balap motor cross adalah sebagai berikut:
- Balap motorcross bukan fashion show. Pengendara amatir, terutama pengendara pemula harus lebih peduli dengan mengenakan perlindungan sebanyak mungkin bukan hanya sekedar tampak seperti Jeremy McGrath. Membeli peralatan alat-alat keselamatan motorcross . Ukuran pada gigi motor bervariasi banyak dan tidak selalu akurat. Test drive akan membantu sebelum membeli dan jika ada masalah masih ada garansi.
- Helm. Belilah helm sesuai dengan ukuran kepala Anda. Ini adalah bagian paling penting dari perlindungan Anda. Sebuah helm harus dipakai nyaman, jangan sampai sebaliknya justru mematikan tidak begitu ketat itu tidak nyaman. Tanyakan kepada dealer penjual helm tentang peringkat sertifikasi. Peringkat helm Full-face menawarkan perlindungan yang lebih baik dari dampak depan dan samping. Juga helm dengan baut pada penjaga mulut sangat penting.. Ketika ada tali pada helm, pastikan tali yang nyaman sehingga jika ikatan tali itu mengendor, Anda tidak kehilangan perlindungan.
- Body Armor. Pelindung tubuh. Umumnya dipakai oleh polisi, militer untuk melindungi tubuh dari tembakan peluru. Sangat berguna bagi pemula untuk menggunakannya dan membiasakan diri. Melindungi diri dari cedera dan dampak kecelakaan lebih luas . Melindungi dari gumpalan keras atau batu-batu kecil “terlempar” dari ban.
- Busana. Gunakan kemeja lengan panjang pada saat pertandingan. Baju berbahan katun 100% sangat nyaman dipakai. Untuk celana panjang, gunakan jeans.
- Boots. Sepatu boot diperlukan tetapi harus seusai dengan pergelangan kaki. Jangan terlalu besar atau terlalu sempit untuk leluasa bergerak.
- Mesin: Perhatikan dengan cermat dalam menjaga mesin . Memeriksanya dengan hati-hati dan hindari tepian yang tajam atau baut yang menonjol yang dapat dihilangkan agar tidak mencederai pengendara. Jangan sampai ada kabel kontrol yang lepas dan rusak. Memastikan agar “setang” genggaman terpaku dengan kencang sehingga tak akan terlepas pada saat kecepatan naik ke atas.
facebook.com |
Sumber referensi:
- Based on true story of my family (nama-nama yang dicantumakn bukan nama sebenarnya)
- The Beginner’s Guide to Motor Cross Racing URL :
Tidak ada komentar
Pesan adalah rangkaian kata yang membangun dan mengkritik sesuai dengan konteksnya. Tidak mengirimkan spam!